Skip to main content

PUPUK ORGANIK DARI KOTORAN


Pengunaan pupuk pada tanaman menjadi hal yang lumrah dilakukan oleh petani, namun, dewasa ini sangat minim petani yang bertani dengan menggunakan pupuk organik,pupuk yang diolah dengan proses alami dari dedaunan dan kotoran lembu tanpa menggunakan zat kimia. Para petani sekarang lebih memilih menggunakan pupuk kimia seperti urea dan banyak jenis pupuk kimia lain yang digunakan, bahkan pestisida yang disemprotkan untuk memberantas hama pada tanaman. tetapi terkadang para petani tidak mengikuti anjuran pemakaian dan takaran penggunaan pupuk pada tanaman dana lahan pertanian. Akibat dari penggunaan pupuk kimia secara berlebihan, mengakibatkan kondisi struktur tanah rusak dan, kandungan harapun berkurang. dan, banyak lagi kerugian yang ditimbulkan.

Tapi lain halnya yang dilakukan oleh petani didesa Alue Caplie Kecamatan Senudon, Aceh Utara, 65 kilometer arah timur kota Lhokseumawe, mereka sudah mulai melakukan metode bertani secara organik sejak satu tahun lalu. dengan memanfaatkan sluri kotoran lembu, hasil samping dari biogas, yang bisa diolah menjadi pupuk cair dan pupuk padat, dan hasil utama dari biogas ini mereka gunakan untuk kebutuhan memasak keluarga sehari-hari. sluri ini mereka dapatkan dari saluran pembuangan, tabung pengupul kotoran lembu, atau yang biasa disebut digester biogas, tetapi penggunaan pupuk organik padat ini baru mereka gunakan pada jenis tanaman perkebunan, seperti cabai,terong, dan tanaman kebun lainnya, yusuf lelaki berusia 39 tahun ini memiliki Lahan yang ditanami terong dan cabai diareal seluas 400 meter persegi menggunakan pupuk organik yang diolahnya sendiri dari kotoran lembu hasil samping biogas.

Tempat pembuatan pupuk organik harus terhindar dari sinar matahari dan hujan secara langsung. Dalam proses pembuatan pupuk organik ada tahapan dan langkah yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil pupuk organik. Ratakan sluri dengan kapur pada tempat yang telah disiapkan untuk penolahan pupuk , dengan ketebalan 30 hingga 50 centimeter, campurkan satu liter bakteri pengompos dengan sepuluh liter air kedalam ember,lalu siramkan bakteri diatas sluri secara merata,kemudian taburkan abu sekam padi hingga merata,terakhir tutup rapat seluruh permukaan pupuk dengan karung atau terpal. Dan diamkan selama 20 hari. Setelah tahap pembuatan. dilanjutkan dengan pembalikan pupuk yang sudah didiamkan selam kurang lebih 20 hari. Aduk dengan cangkul dan usahakan posisi bahan terbalik, yang semula diatas menjadi kebawah atau sebaliknya,usahakan kondisi pupuk dalam keadaan lembab, bila telalu kering perlu penambahan air secukupnya,pembalikan dilakukan setiap tiga hari sekali, dan jika pupuk sudah remah maka pupuk sudah bisa digunakan.

Praktek ini sudah dilakukan oleh petani Alue capli, dan mereka sekarang sudah mulai menyadari keuntungan jika menggunakan pupuk organik, walau pun belum mayoritas tanaman yang ditanam menggunakan pupuk alam atau pupuk organik dan mayoritas petani menggunakan pupuk organik, tetapi sudah ada yang memulai untuk kembali menggunakan pupuk organik, dengan harapan kedepan desa alue caplie bisa menjadi pilot projeknya pertanian organik diprovinsi ini.

Comments

Mayyane. N said…
sudah saat nya petani bangkit dari keterpurukan, bangkit dari kebodohan dan bangkit dari penindasan, dengan menggunakan pupuk Organik

Popular posts from this blog

Menilik Potensi Alam dan Potensi Kerentanan Bumi Samudera Pasai

M elakukan penggalian data potensi alam yang dimiliki Kabupaten Aceh Utara, akan menghasilkan urutan catatan panjang potensi alam yang dimiliki Daerah ini. Dengan luas wilayah  3.296,86 Km 2   tak heran, bumi Samudra Pasai memiliki sumber daya alam yang melimpah, jika kita mencoba untuk mengintip potensi perkebunan, maka yang menjadi andalan hasil adalah tanaman kelapa, coklat, pinang, karet, dan kelapa sawit. Sedangkan dari sektor pertanian, Kabupaten ini juga menempati urutan teratas dengan jumlah luas sawah di tiap-tiap kecamatan mencapai 100 Hektare. tetapi yang menjadi pertanyaan nya adalah bagaimana masyarakat mengelola hasil alam yang melimpah. Dan mengapa angka kemiskinan dikabupaten ini masih tinggi  diantara Kabupaten di Nangroe Aceh Darussalam. Saat ini masyarakat masih menjual hasil alamnya langsung tanpa melakukan pengolahan, sehingga harga jual menjadi permainan para tengkulak atau toke yang meraup keuntungan dari hasil alam yang dimiliki masyarakat. Hasil alam selama ini

Angkhoi Jaring Ramah Lingkungan Made in Alue Kala

S ore perlahan meranjak menjemput senja. Ben Puteh terlihat sangat sibuk menarik dan mengulur jarring ikannya, tapi mereka biasa menyebut nya Angkhoi ,lelaki yang berusia 50 tahun itu selalu melakukan aktifitas ini setiap hari, sudah tiga tahun dia hanya mengandalkan jarring ini untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga nya sehari-hari. aktifitas ini sudah sejak dahulu dilakukan oleh masyarakat nelayan di desa alue kala Kecamatan Muara Satu Kota Lhokseumawe ini .Angkhoi adalah peralatan yang digunakan untuk menangkap ikan terbuat dari alat-alat sederhana jarring yang besar dengan menggunakan katrol untuk mengulur dan menggulungnya dan dua tiang bambu dikedua sisinya, sambil menggulur jarring nya Ben Puteh mengatakan dulu banyak jarring yang seperti punya saya disebelah sana sambil menunjuk kearah Timur Sungai Alue Kala, Tapi selama muara menjadi dangkal kami para nelayan susah menangkap ikan, hanya mengandalkan air pasang dari laut karena pada saat pasang ikan akan masuk